TULUNGAGUNG | KABARPRESISI – Di balik tembok Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Tulungagung, sebuah inovasi ramah lingkungan tengah berjalan, mengubah limbah menjadi berkah.
Tidak hanya bagi lingkungan, proyek pembuatan alas sapi dari sabut kelapa ini juga memberikan manfaat bagi para penghuni lapas. Inisiatif ini tidak hanya mendukung keberlanjutan, tetapi juga membekali warga binaan dengan keterampilan baru dan harapan untuk masa depan.
Lapas Tulungagung kini tidak sekadar menjadi tempat pembinaan narapidana, melainkan juga pusat inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Dalam proyek ini, Lapas bekerja sama dengan Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, Malang, untuk memproduksi alas sapi yang higienis dan nyaman bagi ternak.
Kemitraan ini berawal dari kebutuhan alas sapi yang memenuhi standar kebersihan di peternakan modern. Lapas Tulungagung memanfaatkan potensi sumber daya manusia dan bahan baku lokal untuk menjawab tantangan tersebut. Sabut kelapa, yang sebelumnya sering dianggap sebagai limbah, kini diolah oleh warga binaan menjadi alas ternak berkualitas.
Proses produksinya meliputi pengeringan sabut kelapa, pemilahan, dan pengolahan menjadi serat halus atau potongan kecil yang siap digunakan. Inovasi ini membuktikan bahwa bahan alami yang melimpah di Tulungagung dapat dimanfaatkan secara optimal.
Alas sapi berbahan sabut kelapa memiliki beragam keunggulan:
1. Daya serap tinggi – Menjaga kandang tetap kering dan bersih, mengurangi risiko penyakit akibat kelembaban.
2. Ramah lingkungan – Mengurangi bau amonia, menciptakan lingkungan kandang yang lebih nyaman.
3. Praktis – Memudahkan peternak dalam perawatan kandang.
Lebih dari sekadar menghasilkan produk, proyek ini merupakan bagian dari program pembinaan kemandirian di Lapas Tulungagung. Para warga binaan dilatih dalam seluruh tahapan produksi, mulai dari pengumpulan sabut, pengolahan, hingga pembuatan alas. Keterampilan ini tidak hanya mengisi waktu dengan kegiatan positif, tetapi juga menjadi bekal setelah mereka kembali ke masyarakat.
Kepala Lapas Tulungagung, Ma’ruf Prasetyo Hadianto, menyatakan, “Inisiatif ini membuktikan bahwa Lapas bukan hanya tempat pembinaan, tetapi juga pusat inovasi yang peduli lingkungan dan masa depan. Ini adalah bukti bahwa keterbatasan bisa melahirkan kreativitas, dan limbah sederhana dapat diubah menjadi produk bernilai bagi banyak pihak.”
Kolaborasi antara Lapas Tulungagung dan BBIB Singosari menunjukkan sinergi positif antara instansi pemasyarakatan dan lembaga teknis di bawah Kementerian Pertanian. Produk alas sapi ini telah digunakan oleh BBIB Malang dan mendapat respons positif berkat kualitasnya.
Ke depan, diharapkan inovasi ini dapat terus berkembang, tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal tetapi juga menjangkau pasar yang lebih luas. Ini adalah bukti nyata bahwa dengan kemauan dan kolaborasi, potensi terpendam dapat dioptimalkan untuk kemaslahatan bersama,” tukasnya, Senin (15/07/2025). ($@n)